Menyapa Lewat Tulisan; #Palestinianlivesmatters Setapak Jalan untuk Raising Awareness
Menyapa
Lewat Tulisan; Setapak Jalan untuk Raising Awareness
Hai
teman-teman! It’s been a long time
aku nggak menulis apa pun di blog. Well, I
wish you’re all doing good. Aku mau cerita sedikit dulu ya. Ehm, udah
sekitar dua bulan ini aku memutuskan untuk menguninstal aplikasi Instagram dari
handphone. Alasannya karena aku ingin fokus meraih beberapa targetku selama
bulan suci… Instagram selama ini memuncaki posisi teratas kemana waktuku
terpakai panjaaang sekali. Dan akhirnya ku berpikir, sebaiknya sekarang tidak
usah ada aplikasi Instagram dulu di handphone,
karena sekalian aja, aku juga mau fokus mencapai targetku tamat 4 tahun
kuliah PGSD UNP! Aamiin. Bantuin doain yang kenceng ya :”)
Lalu
gimana? Kamu kudet dong sekarang? Ga tau apa yang sedang terjadi pada planet
bumi ini berarti??? Wuu nggak jamani… Bla bla bla. Hiks. Hahah, mungkin
beberapa ada yang berbipikir demikian. Dan bener juga sih, aku emang rada kudet
dalam banyak hal :”) Hahaah.
Well, untuk mengikuti
perkembangan dunia, memang Instagram menjadi salah satu sumber favorite aku! Karena yang aku followpun kebanyakan memang akun-akun
berita nasional dan internasional yang selalu memberi updatean seputar apa yang
sedang terjadi. Sebab itu, ga usah kecewa netijeeen, aku tetap bisa update berita melalui websites di Internet dan for sure, sekarang kalau mau liat berita
yang dari akun-akun Instagram, langsung, melipir buka Instagramnya di web juga! Hahah. Biar ga kudet kan ya!
Huft,
jagat sosial media penuh dengan berita Coronavirus,
Black Lives Matters, Yaman, hingga
bahkan debutnya Kak Dita Karang dalam sebuah Girl Group Korea, Secret
Number. Sebentar-sebentar, kasih tepukan yang keras dulu dong buat Kak Dita
Karang! Prok prok prok!!! Berita ini semacam oase di tengah panas dan
gentingnya isu-isu lain yang sedang berlangsung, ya.
Tapi
teman-teman, sebenarnya, kalau di home
Instagram aku, 75% postingan yang muncul adalah tentang Palestina. Iya,
Palestina. Healaah, paling-paling ini terjadi karena si Titik adalah bucin
hafiz Qur’an dari Palestina!*
Ada
yang mikir gitu nggak sih? Hahah please
teman-teman, stop thinking like that!
Okay? Aku bukan bucin siapapun
weiiii. No, no, no! Tapi iya sih,
kalau diingat-ingat ulang kedatangan Baraa dari Gaza ke Padang… Dan dia
acaranya di SD Semen Padang, sementara aku di Kampus UPP III Bandar Buat. Hey,
itu Cuma satu tarikan gas motor bisa nyampe… Dan… KITA tidak ditakdirkan
bertemu dalam satu titik temu :”) HAHAHA jangan ketawa, karena hari itu aku
bener-bener broken hahah. Tapi dampak
positifnya adalah… Ketakutanku untuk ujian seminar proposal esok harinya,
benar-benar lenyap, hahah aku ga mikir lagi tentang seminar, yang ada di
otakku, “Ya Rab, kenapa ga ketemu? Kenapa?”
Udah-udah,
dramanya udah cukup sekian aja ya! Bye… Back
to the point! Menyapa lewat tulisan? Setapak Jalan untuk Raising
Awareness?Maksudnya apa?
Seperti
yang aku bilang tadi, 75% yang muncul di home
Instagram aku adalah tentang hal-hal apa yang sedang terjadi di Palestina, baik
di Jalur Gaza (Gaza Strip) ataupun
Tepi Barat (West Bank). Aku nggak berpikir
bahwa media kurang mendukung dalam menyuarakan isu-isu yang dialami oleh rakyat
Palestina, karena memang banyak yang membagikan hal-hal tersebut ke
masing-masing layar handphone orang lain, baik dengan cara membuat posting, repost, maupun broadcast.
Tapi, mungkin tidak semua orang mengikuti isu-isu tersebut. Boleh jadi, juga
tidak semua orang mengikuti akun-akun yang terkait dalam menyebarluaskan isu
urgen ini. Barangkali, tidak semua orang peduli, ini yang paling ironis.
Lalu?
Bagaimana? I often asked myself, I really
wanna do something for Palestinian to get their freedom, but how? Kalian
juga gitu nggak sih? Sedihnya menusuk pas di hati kalau melihat bagiamana Israel Occupation Force (Tentara
Penjajah Israel) memperlakukan rakyat Palestina, baik para anak-anak,
pemuda-pemudi, sampai orang tua yang sudah renta.
Okay, kita bahas dulu
sedikit tentang Black lives matters
yang lagi hangat diteriakkan oleh orang-orang di seluruh dunia, terutama,
Amerika. Hastag #blacklivesmatters dan #Icantbreath menjadi trending
dan diperbincangkan di banyak forum dan komunitas.
Orang-orang
dari ratusan kota di Amerika, orang-orang di negara-negara Eropa, dan
orang-orang di Palestina turun ke jalan melakukan long march menuntut
keadilan bagi kematian Floyd. Hal ini dipicu oleh aksi tidak manusiawi yang
dilakukan oleh oknum polisi Amerika Serikat kepada sorang pria 46 tahun
berkulit hitam, George Floyd. Pada tanggal 25 May 2020, George Floyd tewas
setelah lehernya ditindih oleh Derek Chauvin selama hampir sembilan menit.
Dalam vidio yang beredar, orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut bahkan
sudah mengingatkan Chauvin untuk melepaskan Floyd karena ia terlihat tidak bisa
bernapas.
“Aku
tak bisa bernapas”.
Itulah
kalimat yang diucapkan oleh Floyd, sebelum akhirnya ia tidak bergerak. Ia
sempat dibawa oleh ambulance, namum sayang , nyawanya tidak tertolong.
Nyeri
rasanya di hati menyaksikan berita tersebut. Marah banget! Apalagi di vidio itu
ada yang nyeletuk, “Dia berkulit hitam, tidak akan ada yang peduli”, what
the…
Coba
deh bayangin, nyawa seseorang diremehkan begitu saja karena warna kulitnya.
Karena hanya dia berkulit hitam, lantas diperlakukan demikian? Nyawanya tidak
penting? Sadis. Emang ngak ada akhlak. Akhlakless beib, akhlakless!
Kasus
kematian Floyd ini akhirnya banyak menyeret sejumlah kasus kematian tidak adil
lainnya yang dialami oleh rakyat Amerika Serikat berkulit hitam untuk kembali
dikupas. Orang-orang beramai-ramai menyuarakan #blacklivesmatters
keras-keras sebagai aksi solidaritas agar keadilan harus ditegakkan tanpa
memandang ras. Persamaan hak rakyat sebagai manusia harus dilindungi oleh
negara, bukan malah rasis!
Then,
what’s next?
Kelakuan
tanpa akhlak yang dilakukan salah satu oknum polisi Amerika Serikat yang
menyebabkan kematian tragis Floyd, nyatanya sudah menjadi hal yang tidak asing
bagi rakyat Palestina, di wilayah Tepi Barat (West Bank). Seiously?
Memangnya apa yang terjadi di sana?
Jadi,
wilayah Palestina saat ini terbagi menjadi dua, yaitu Jalur Gaza (Gaza strip)
dan Tepi Barat (West Bank). Kedua wilayah ini dipisahkan oleh negara
ilegal Israel, yang berdiri sejak tahun 1948 berkat merampas tanah milik rakyat
Palestina. That’s why, kenapa banyak yang sepakat kalau Israel adalah
sebuah negara ilegal.
Semoga
teman-teman semua sudah tahu, bahwa Gaza telah diblokade oleh Israel semenjak
pertengahan tahun 2007. Itu artinya, blokade ini telah berlangsung selama…
Berapa tahun coba? 13 tahun! Iya, sudah selama itu.
Kita
yang dilockdown untuk mencegah penyebaran virus corona beberapa saat aja
udah heboh dan kesusahan kan. Sekarang, coba berempati sedikit saja, kira-kira
bagaimana rasanya hidup diblokade selama itu. Bagaimana cara mereka bertahan
dan memenuhi kebutuhan hidup di sana? Sedih, ya? Mau marah, kan? Bikin emosi,
nggak tu? Di saat kita menghirup udara kebebasan dengan nikmat, ternyata di
belahan dunia lain, masih terjadi perlakuan yang tidak layak yang dilakukan
oleh manusia kepada manusia lainnya. Silakan, mau banting apa aja boleh,
asalkan jangan banting handphonenya :”)
Pada
tahun 2008 Israel melancarkan invasi darat ke Jalur Gaza yang menyebabkan lebih
dari 1.300 orang tewas. Serangan juga kembali dilakukan Israel pada tahun 2012
dan 2014 dengan catatan lebih dari 2.200 orang tewas.
Ya
begitulah, meskipun banyak negara yang mengecam tindakannya, Israel berdalih
hal tersebut dilakukan untuk melindungi rakyatnya dari serangan roket Hamas
yang kerap kali nyasar ke pemukiman Yahudi. Well, kita semua juga sudah
tahulah, kalau Israel sering melakukan serangan berupa bom ke wilayah Jalur
Gaza dan merenggut banyak nyawa seperti paparan di atas. Mereka juga
menargetkan serangan-serangan tersebut kepada rakyat sipil dan infrastruktur
vital, seperti sekolah, perkebunan, dan rumah sakit.
Teman-teman
ingat tidak? Pengeboman yang dilakukan Israel pada sejumlah wilayah di Jalur
Gaza, November tahun 2019 silam. Serangan tersebut berlangsung selama lebih
kurang 4 hari, menyebabkan 34 orang meninggal dunia dan lebih dari 110 orang
terluka. Hastag #Gazaunderattack bermunculan di akun-akun media
sosial berbasis kemanusiaan dan berbagai komunitas. Serangan itu dilakukan dini
hari, saat orang-orang terlelap.
Baha
Abul Atha, komandan Brigade Al-Quds yang berusia 46 tahun bersama dengan
isterinya meninggal dalam serangan bar-bar yang dilakukan jet-jet tempur milik
Israel tersebut, sementara dua orang anak mereka mengalami luka parah. Layan,
seorang puteri mereka berulang tahun pada hari itu, namun sangat ironis, di
hari ia terbangun dari tidurnya, ia mendapati rumahnya hancur berkeping dan
kedua orang tuanya telah tak bernyawa. Tangisnya pecah menceritakan ini kepada
media setempat! Jika itu kamu, bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan?
Bagaimana caramu memperjuangkan keadilan atas kematian orang tua tercinta,
ketika dunia berusaha menutup mata dan telinga?
Kisah
ini hanya sepotong dari banyaknya kisah pilu dari mereka yang tidak dapat
mengecap kemewahan dari kata “keadilan” dunia.
Pada
hari Jumat tanggal 26 Juni 2020, Israel juga melancarkan serangan pada beberapa
wilayah di Jalur Gaza.
United
Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tahun 2012 telah
melakukan kajian terhadap wilayah Jalur Gaza dan mereka memprediksi bahwa di
tahun 2020, Gaza menjadi tempat yang
tidak dapat untuk ditinggali lagi. Itu berarti, sekarang.
World
Health Organization (WHO) juga mengungkapkan dengan keadaan
keterbatasan obat-obatan, ketersediaan listrik yang kronis, sektor kesehatan di
Gaza bisa menjadi sangat buruk. Ini sedih banget sih, di Jalur Gaza itu listrik
cuma hidup 4 jam selama sehari. Kalau di tempatmu listrik mati setengah jam aja
udah susah kan? Sekarang, coba berempati sedikit lagi, gimana ya rasanya
kira-kira?
Ada
dua juta orang Palestina yang hidup di Jalur Gaza dan mereka dalam keadaan
diblokade. Akses darat, laut, serta udara dijaga ketat oleh Israel dan Mesir.
Ini membuat orang-orang yang tinggal di Jalur Gaza tidak memiliki akses untuk
bekerja, berdagang, melakukan perjalanan, atau melakukan hal lain di luar Jalur
Gaza, kecuali setelah mendapatkan izin dari otoritas Israel. Nah, untuk
mendapatkan izin keluar masuk Jalur Gaza ini sama sekali tidak mudah. Bahkan,
NGO (Non Goverment Organization) yang ingin meyalurkan bantuan
kemanusiaan untuk rakyat di Jalur Gaza saja susah menembus izin dari otoritas,
bisa memakan waktu hingga 4-5 tahun. Ini menyebabkan angka pengangguran
rata-rata yang sangat tinggi yaitu 47% dan lebih dari setengah masyarakatnya
hidup di bawah garis kemiskinan. See? Kalau diblokade begitu, otomatis
setiap hari keadaan akan semakin memburuk, nggak sih?
Berbeda
dengan kehidupan rakyat di Jalur Gaza yang hidup penuh perjuangan di bawah
tekanan blokade Israel, rakyat Palestina di Tepi Barat hidup di bawah
pendudukan militer Israel.
Pendudukan
militer?
Benar.
Wilayah Tepi Barat adalah wilayah teritorial Palestina yang secara militer
diduduki oleh Isreal. What’s that actually mean? Artinya, orang-orang
yang hidup di Tepi Barat adalah warga negara Palestina, tetapi kehidupan mereka
dibawah kontrol Israel. They even have limited access for water!
Kebutuhan akan air aja dikontrol oleh Israel. Well, ada lebih dari 100 checkpoints
(pos-pos pemeriksaan) yang tersebar di wilayah Tepi Barat. Dan di wilayah
Tepi Barat juga menetap lebih dari 600.000 orang Israel.
Lantas,
Checkpoints ini buat apa?
Checkpoints
ini
digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap warga negara Palestina yang
ingin melakukan perjalanan. Misalnya, pergi sekolah, pergi bekerja, pergi
pesta, pergi ke mana saja kalau melewati checkpoint maka mereka harus
diperiksa oleh militer Israel yang menggunakan perlengkapan militer, lengkap
dengan AK47 yang tak jarang digunakan sembarangan!
Pernah
seorang pemuda Palestina ingin pergi bekerja dan melewati salah satu checkpoint,
kalian tahu apa yang dilakukan para militer di pos pemeriksaan itu? Meskipun
tidak ditemukan benda berbahaya dari pemuda itu, mereka sengaja mempermainkan
nyawa si pemuda, menyuruhnya mengangkat tangan dan jalan berbalik, selah itu,
mereka menembaki pemuda itu dengan peluru karet panas sebanyak dua kali. Dan mereka melakukan itu
sembari terbahak-bahak dan merekamnya. Again, mereka akhlakless.
Beruntung, nyawa pemuda itu dapat diselamatkan.
Yang
terbaru, kasus meninggalnya seorang pemuda Palestina di Tepi Barat, berkat
akhlakless polisi Israel! Mau tau ceritanya teman-teman?
Namanya
Ahmed Erekat, a beautiful Palestinian young man berusia 27 tahun. Malam
itu adalah pernikahan adik perempuannya. Jadi, dia dalam perjalanan menyetir
untuk menjemput adik dan ibunya dari salon. Polisi Israel menembaknya berulang
kali dan membiarkannya berdarah selama 1,5 jam. Pemuda itu meninggal dengan tragis
dan polisi Israel itu berdalih melakukan hal tersebut karena Ahmed Erekat
sengaja mengeremkan mobilnya kepada seorang tentara. Padahal, bulan depan
adalah pernikahan pemuda itu.
Jujur,
apa yang kalian rasakan setelah membaca kasus itu?
This
is it! Palestinian Lives Matters!
Tragedi
meninggalnya Floyd dengan cara yang tak manusiawi dan diskriminatif membuat
masyarakat dunia berang. Tapi, apakah dunia pernah memperhatikan, masyarakat di
Tepi Barat, Palestina, yang mendapatkan perlakuan serupa dari militer Israel?
Mereka merasakan dan menanggung itu semua selama ini! Mereka tidak bisa
bernapas dan menghirup udara kebebasan.
This
is it! Palestinian Lives Matters!
Bukankah
pemuda itu juga tidak dapat bernapas? Lalu, sampai kapan kita hanya berpangku
tangan? Akankah kita hanya akan menatap semua itu dan menganggapnya biasa saja?
Hastag #Icantbreath sudah dirasakan oleh
rakyat Palestina semenjak puluhan tahun.
Besok,
kalender bulan Juli 2020 dimulai. Besok, Israel berencana melakukan aneksasi
terhadap wilayah Palestina di Tepi Barat. Selama ini, wilayah Tepi Barat, seperti yang sudah aku jelaskan tadi,
diduduki oleh Israel secara militer, rakyat Tepi Barat setiap hari berhadapan
langsung dengan para militer berperalatan lengkap. Tanggal 1 Juli 2020, Israel
akan menganeksasi Tepi Barat, mereka tidak cukup hanya dengan mendudukinya.
Aneksasi merupakan tindakan paksa penggabungan suatu
wilayah di bawah kedaulatan suatu entitas politik tertentu. Walaupun belum ada
konfirmasi secara resmi, namun telah beredar kabar bahwa luas wilayah yang akan
dianeksasi adalah sebesar 30% dari wilayah Tepi Barat, terutama di Lembah
Yordan. Lembah Yordan selama ini adalah sumber mata air bagi kehidupan
masyarakat Palestina di Tepi Barat. Dan apabila aneksasi ini benar-benar
terwujud, maka akan menjadi ancaman yang amat serius bagi keberlangsungan
Negara Palestina. Solusi dua Negara akan menjadi semakin tidak relevan! Visi
untuk mendirikan Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan kesepakatan Internasional menjadi mustahil. Berkaca
pada sejarah, Israel belum pernah melepaskan kembali wilayah yang telah mereka
aneksasi, seperti Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan. Malahan Yerusalem dijadikan
sebagai Ibu Kota mereka! Sungguh, cerdas sekali tindakannya.
And This… The Palestinian Lives
Matters!
Entah
bagaimana ketidakadilan yang terjadi secara transparan tetap tidak mendapat
pembelaan yang berarti dari dunia. Meski banyak Negara yang mengecam rencana
Israel menganeksasi wilayah Tepi Barat, meski tindakan Israel ini secara
terang-terangan merupakan pelanggaran serius terhadap piagam PBB dan Konvesi
Jenewa, mari kita saksikan bersama-sama… Akankah ada sanksi tegas yang akan
diberikan kepada Israel? Isolasi politik misalnya? Atau pemboikotan barangkali?
Entahlah…
Rencana
aneksasi ini sebenarnya sudah lama ada, namun, sangat banyak pihak yang
menentang bahkan dari orang-orang Israel sendiri. Sekarangpun masih banyak
orang Israel yang menolak, tapi ya, sekaranglah saat-saat yang paling
memungkinkan bagi Israel untuk membuatnya menjadi nyata! Why?
“Donald
Trump”, Presden Amerika Serikat yang sangat Pro-Israel, itulah alasan dan kunci
kesuksesan rencana mereka. Ingatkan teman-teman, dulu, siapa motor yang membuat
Yerusalem menjadi Ibu Kota Israel? Ya, dia itu.
Ada
lebih dari 1000 orang anggota parlemen dari 25 Negara Eropa yang menandatangani
petisi berisi kecaman terhadap Israel. Orang-orang di negara-negara Eropa juga telah
berbondong-bondong turun ke jalan melakukan long
march untuk menolak dan menetang keras rencana Israel, seperti di Prancis,
Jerman, Italia, dan lainnya.
Perjuangan
rakyat Palestina untuk mendapatkan hak kemerdekaan masih akan terus berjalan
hingga detik ini dan sampai kapanpun. Meski setiap hari linimasa mengabarkan
berita penyerangan, penghancuran rumah warga, pengeboman, meninggalnya rakyat
Palestina, pencabutan pohon-pohon di kebun milik rakyat Palestina, hingga aneksasi
atau pencaplokan wilayah Tepi Barat yang akan dilakukan oleh Israel… Palestina
akan mampu bertahan melawan ketidakadilan dunia. Tapi, mereka juga membutuhkan bantuan kita! Mereka butuh kita bersuara menuntut keadilan.
Sekarang,
di sinilah kita, Indonesia. Masyarakat yang tumbuh baik dengan pupuk Pancasila
di hati, yang tahu betul artinya kemanusiaan yang adil dan beradab, yang dahulu
juga pernah merasakan pahitnya penjajahan selama berabad-abad… Sudah barang
keharusan bagi kita untuk memberikan secuil saja rasa empati dari hati atas apa
yang dialami oleh rakyat Palestina.
Ketidakhadiran
raga kita untuk membantu menyuarakan kemerdekaan dan keadilan untuk rakyat
Palestina, bukan menjadi arti bahwa kita tidak ada untuk mereka, kita ada,
walau sekarang hanya sekedar bisa menyapa lewat tulisan.
Terakhir,
aku mau mengutip kata-kata dari Nelson Mandela, Bapak perjuangan yang mendobrak
pintu Apartheid Afrika, He said, “We know too well that our freedom is
incomplete without the freedom of Palestinian”.
Aku,
Titik Setyaningsih, semoga tulisan ini bermanfaat. Bye, teman-teman.
#Blacklivesstillmatters
#Palestinianlivesmatters
#Freepalestine
#Stopisraelsillegalannexation
π’
BalasHapusπ’π€
HapusSemoga Allah SWT beri jalan terbaik ππ’
BalasHapusAamiin ya Rabπ€
HapusAllahuakbar. Speechless aku tik. Jadi pengen ketok kepala tu tentara isr*el satu². Biar mereka bangun dari mimpi² mereka yang bakalan jadi nyata itu.
BalasHapusAku juga sedih dan marah bgt rasanya cil.. May Allah helps us cill❤π
HapusSyukran kak, bermanfaat kak, terus lanjutkan menulis kak, agar banyak yang termotivasi dan muncul juga para penulis lainnya kak,
BalasHapus